Sabtu, 17 Januari 2009

Sekilas Pandang

Ordo Sanctae Clarae Cappuccinarum

OSCCap

Ordo Santa Klara Klaris Kapusines

Di Indonesia



Biarkan Hatimu Menyentuh Hati Allah


Misi

Para Suster Klaris Kapusines, hidup menurut Injil Suci Yesus Kristus dengan mengikuti cara hidup St. Fransiskus dan St. Klara dalam semangat pembaharuan Kapusin yang menekankan hidup kontemplatif, persaudaraan dan askesis.


Hidup Dalam Kontemplasi

Bersama St. Fransiskus dan St. Klara, mengikuti teladan Yesus yang selalu bergaul erat dengan Bapa siang dan malam.


Kontemplasi Menurut Klara

Memberikan perhatian kepada cermin kekekalan, mengarahkan budi kepada Pantulan kemuliaan dan mengarahkanhati kepada Gambar wujud ilahi, serta merubah diri seluruhnya dengan memandang gambaran keilahian-Nya”.

(SurAg III, 12- 13).


Hidup Sebagai Pujian dan Syukur

Hidup dalam persatuan dengan Kristus, menjadikan para Suster Klaris Kapusines ada pada inti panggilan Kristen sebagai Tubuh Mistik Kristus. Dengan demikian ia berada pada Jantung Gereja. Dari situ mengalir pujian dan syukur. Bagaikan detak jantung yang mengalirkan hidup ke seluruh tubuh, seorang Suster Klaris Kapusines dipanggil untuk selalu memancarkan hidup dari hati yang penuh syukur dan pujian kepada Tuhan.


Pengabdian Diri

Para Suster Klaris Kapusines mempersembahkan diri kepada Tuhan, untuk mewujudkan panggilan KASIH yang telah rela menjadi miskin, rendah, menderita dan mati di Salib karena cinta-Nya kepada manusia.Yesus adalah KASIH

yang membawa kita kepada keselamatan.

Sebab itu, mereka memilih

untuk hidup dalam kemiskinan,

ketaatan dan kemurnian,

sambil melupakan kepentingan diri, terbuka pada panggilan Gereja

dan

keperluan umat manusia.


Doa

Menjalin relasi akrab dengan Tuhan, baik dalam Liturgi, kontemplasi maupun dalam hidup sehari-hari. Semuanya itu berpusat pada Ekaristi, dalam kasih yang saling memberikan diri.


Pertobatan

Para Suster Klaris Kapusines dipanggil untuk menjadi serupa dengan Yesus. Sebab itu, setiap hari mereka di ajak oleh St. Klara untuk bercermin pada Yesus da.berhasrat mengikuti Dia dengan mengusahakan perubahan hidup yang nyata.


Kerja

Kerja dihayati sebagai anugerah Allah yang diterima dengan penuh syukur dan gembira. Dengan bekerja, para Suster Klaris

Kapusines mewujudkan panggilan mereka

sebagai mahluk hidup.

Kerja adalah kesempatan

untuk menjadi kawan se “Pencipta”

bersama Allah (Co-Creator Dei)

dan kesempatan untuk melayani

satu sama lain.


Kemisikinan

Hidup tanpa milik menjadi wujud kebebasan hati yang seluruhnya dipersembahkan kepada Tuhan dan pengabdian kepada sesama. Semuanya milik Allah, maka tak seorang pun dapat menyombongkan diri.


Komunitas

St. Fransiskus dan

St. Klara sangat

menjunjung tinggi

hidup sebagai saudara.

Dalam persaudaraan itu, setiap orang dipanggil untuk saling membahagiakan.


Klausura

Seperti Klara, para Suster Klaris Kapusines

memilih untuk tinggal dalam klausura,

supaya bebas sepenuh-penuhnya bagi Allah

dan kerajaan-Nya di dunia ini.


Sejarah Singkat

Kisah hidup para Suster Klaris Kapusines bermula dari seorang pemuda ganteng,

seorang troubadur dari Assisi, 1209

Fransiskus namanya...

Ia terpikat oleh Tuan Putri Kemiskinan,

maka segalanya ia tinggalkan.

Terutama kehidupan yang glamour di rumah papa-mamanya yang kaya raya.

Ia rela menjadi hina-dina, miskin-papa untuk Tuhan,

yang telah memikat hatinya,

Dalam rupa Tuan Putri Kemiskinan.

Perubahan hidup seperti itu,

Membuat Fransisikus dikatakan orang gila.

Si cantik dari Assisi pun tidak mau ketinggalan,

Klara (Chiara Favarone di Offreducio) namanya.

Dalam keberanian yang besar ditinggalkannya istana ayahnya,

untuk mengikuti jejak Fransiskus

yang disebut gila itu pada tahun 1212.

Tak peduli, aral melintang,

Karena........

kecantikan dalam Cermin Kekekalan yaitu Sang Kristus,

menarik lebih kuat dari pada maut.

Di sana ia memandang:

kemiskinan yang mengagumkan,

kerendahan dalam susah payah yang tak terkatakan,

dan kasih yang tak terperikan!

Tak ada sesuatupun di dunia ini yang yang lebih memesona bagi Klara,

selain Dia yang nampak dalam cermin itu.

Klara tidak sendirian, banyak gadis lain juga terpikat.

Mereka pun mulai menggabungkan diri,

membentuk kelompok “Saudari-saudari Miskin” (Klaris).

Setelah berabad-abad berlalu,

sorang janda saleh dari Napoli (Laurentia Longo),

tergerak hatinya untuk meneruskan semangat dan cita-cita Klara.

Mengikuti jejak pembaharuan Kapusin, mereka pun dikenal dengan nama Klaris Kapusines. Bagaikan tanaman kecil, mereka terus bertumbuh dan berkembang

hingga cabang-cabangnya menjulur sampai ke seantero dunia, termasuk Indonesia.

Pada tahun 1937, sembilan Rubiah Klaris Kapusines dari Duivendrecht, Belanda datang ke Singkawang untuk mendukung karya Misi di Borneo. Kemudian menyusul para misionaris dari Jerman, 1976 di Kepulauan Nias, tepatnya Gunungsitoli.

Kedatangan para suster di Borneo, tejadi atas undangan para Kapusin yang mengharapkan dukungan doa mereka untuk karya misi di sana.

Menabur benih kontemplatif di bumi Kalimantan, memang tak semudah menanam singkong, jagung atau kangkung.

Melalui susah-payah yang tak terbilang banyaknya, dalam kurun waktu puluhan tahun, benih itu baru menampakkan tunas-tunasnya. Dari tunas-tunas itu mulai bermekaran kuncup-kuncup muda, sehingga diperlukan lahan baru, untuk menanam tanaman kecil yang lain.

Lahan baru itu ada di tengah hutan Sarikan,

Di sana, bukit kecil jadi naungan, gemercik sungai kecil mengalirkan kehidupan.

dan keheningan yang asri, membuat suara alam terdengar bening dan lembut seiring dengan

semilir hembusan angin, dan kicauan burung yang riang-merdu! Tahun 1992 berdiri sebuah biara yang dinamakan “Biara St. Klara”.

Di Pulau Nias, jumlah suster berkembang pesat. Karena itu, cabang-cabang baru pun cepat muncul. Pada tahun 1992 didirikan sebuah biara baru di Sikeben, Keuskupan Agung Medan. Sesudah mendirikan biara baru di Sikeben, Biara St. Klara di Gunungsitoli masih mengembangkan sayapnya ke Sumatera Selatan, Keuskupan Tanjung Karang, Sekincau pada tahun 2002.

Cabang baru di Sikeben juga mulai berkembang pesat dan mengembangkan sayap ke Keuskupan Atambua, tepatnya di Sasi Kefamenanu pada tahun 2006.

Biara Providentia Singkawang masih mempunyai rencana mendirikan biara baru di Keuskupan Sintang para tahun 2009 ini.


Membentuk Federasi

Seiring dengan bertambahnya panggilan dan biara-biara baru, dirasakan semakin perlu adanya suatu wadah yang mempersatukan semua biara-biara tersebut dan ini sangat dianjurkan oleh Tahta Suci. Wadah ini dimaksudkan supaya para suster dapat saling menolong sebagai saudri dan dapat bekerjasama untuk memupuk semangat asli Ordo, mengejar pembaharuan yang terus-menerus, lebih mudah memecahkan kesulitan-kesulitan biara masing-masing bahkan suster-suster perseorangan dan lebih memperhatikan pendidikan dan pembentukan para novis dan para suster muda (bdk. Kons. OSCCap no. 200).

Sadar akan mendesaknya keperluan ini dalam zaman yang diwarnai dengan arus globalisasi yang semakin pesat, para Suster Klaris Kapusines di Indonesia mulai membentuk Federasi, tepatnya pada tahun 2004. Kendati dilatar belakangi oleh berbagai kesulitan yang muncul terutama berkaitan dengan jarak antar biara yang sangat berjauhan, apalagi antar pulau, Federasi tetap diwujudkan. Federasi ini dinamakan “Federasi Klaris Kapusines Indonesia “Santa Agnes dari Praha”

Dalam periode pertama telah terpilih sebagai Dewan Pimpinan:

Ketua Federasi : Sr. Ruth Neuhaus (Abdis Biara St. Klara Sikeben),

Wakil : Sr. M. Immanuel (Abdis Biara Providentia Singkawang)

Anggota : Sr. M. Koleta Simamora (wakil Abdis Biara St. Klara Sikeben).

Pada periode pertama ini, mereka berusaha merumuskan statuta Federasi yang kemudian disahkan oleh Tahta Suci, 16 Maret 2007. Dengan ini Federasi Klaris Kapusines Indonesia menjadi wadah resmi dalam segala fungsinya mempersatukan para suster Klaris Kapusines Indonesia.

Federasi ini sifatnya koordinatif bukan menguasai. Semua biara mandiri yang tergabung di dalamnya tetap biara mandiri. Dalam hal ini Ketua Federasi tidak mempunyai wewenang mengurusi urusan rumah tangga biara anggotanya kecuali hal ini diminta oleh abdis dari biara yang bersangkutan. Seorang Ketua Federasi wajib mengusahakan supaya masing-masing biara mandiri itu dapat bersatiu dan bekerjasama. Katakanlah sebagai perekat kasih antar biara.


Majalah CERMIN

Dengan dibentuknya Federasi maka diperlukan adanya sarana komunikasi antar biara bukan hanya untuk saling bertukar berita melainkan juga untuk saling bersharing dan berbagi pengalaman rohani. Maka dibuatlah sebuah majalah Federasi yang bernama CERMIN. Kata cermin ini diambil dari Surat St. Klara kepada St. Agnes dari Praha di mana Klara mencoba melukiskan relasi dengan Allah atau pengalaman dengan Allah itu dengan gambaran CERMIN. Sampai saat ini sudah ada 12 edisi yang terbit. Banyak sambutan positif berkaitan dengan Majalah ini yang bukan hanya dibaca oleh para Klaris Kapusines melainkan juga dari para pembaca lainnya.


Akhir Kata

Demikian sedikit gambaran singkat mengenai keberadaan para suster Klaris Kapusines di Indonesia. Semoga apa yang kami sajikan dalam lembaran ini dapat menjadi sumber informasi yang cukup memadai untuk mengenal kami lebih jauh. Terimakasih kepada semua saudara-saudari sahabat – kenalan dan para penderma yang telah membantu dan mendukung kami. Salam dan doa khusus dari kami semua Para Suster Klaris Kapusines di Indonesia.

Disusun oleh Sr. M. Paula OSCCap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar