Sabtu, 17 Januari 2009

36 Cermin April-Juni

MENDAKI GUNUNG KEKUDUSAN FRANSISKAN

BAB II. KEMAUAN

Tetapi syarat utama apa yang diperlukan untuk naik ke puncak gunung kekudusan itu? Syarat pertama atau dapat dikatakan sebagai satu-satunya syarat kekudusan adalah kemauan. Mari kita meyakinkan diri dengan jawaban tersebut dan mengukirnya dalam-dalam di hati kita yang gelisah dan berubah-ubah ini; mau…mau…

Itu tidak berarti bahwa kita dapat melepaskan diri dari pertolongan-Nya. Bukan begitu maksudnya! Tanpa pertolongan Tuhan, kita tidak dapat melangkah setapak pun ke atas. Tetapi Allah selalu menyertai kita. Rahmatnya yang berlimpah dan sangat berlimpah tidak pernah gagal. Dia tidak menciptakan kita dan menempatkan kita di bumi ini supaya kita dapat mengambil segala sesuatu secara gampang sambil bermalas-malasan dan berpangku tangan. Bapa Surgawi menempatkan kita di sini supaya kita dapat melewatkan seluruh hidup untuk naik kepada-Nya. Nah, jika Allah menciptakan kita untuk bersatu dengan diri-Nya, Dia akan terus-menerus menolong kita dengan rahmat-Nya untuk menyempurnakan persatuan ini. Sungguh, setiap kali Surga membungkuk ke bumi ialah untuk mengangkat manusia ke rumahnya yang benar dan abadi. Orang yang setia pada iman dan pemikirannya (iman dan pemikiran adalah anugerah Allah) mau melewatkan hidupnya mengikuti dua bintang ini menuju Tuhan.

Selain memberikan kepada kita karunia ilahi, yaitu: iman, harapan dan kasih, Allah juga memberikan panggilan Fransiskan, yang kita sebut sebagai panggilan untuk naik ke Gunung Alverna. Sesudah itu, kita disibukkan dengan kemauan kita, yaitu mau dan selalu mau; tetapi tidak hanya sebagai orang malas yang tentangnya telah ditegaskan dalam Kitab Suci: “hati si pemalas penuh keinginan tetapi sia-sia” (Ams 13 : 4). Penyelamat Ilahi kita dengan jelas mengatakan bahwa; “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku” (Mat 16 : 24). Hanya orang yang mau dan tahu bagaimana mau, dapat memeluk Salib dan naik bersama Kristus bahkan sampai ke puncak yang paling tinggi. “Dari hari tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya”. (Mat 11 : 12). Oleh karena itu, kita harus mau mengikuti Kristus. Kemauan sanggup membuat keajaiban.

Bukan hanya orang-orang yang pintar dapat naik kepada Allah; tidak selalu juga para seniman dan orang-orang jenius. Hanya orang-orang kudus dapat naik kepada Allah, dan orang kudus adalah pertama-tama orang-orang yang mempunyai kemauan yang kuat. Bagaimanapun juga kita harus menerima seni ilahi dalam kemuan untuk mendaki gunung kekudusan kita. Marilah kita mengingat kembali pelajaran yang sangat menghibur yang telah diberikan St. Bonaventura kepada Saudara Giles ketika ia mengajarkan kepadanya bahwa bukan pengetahuan yang membuat orang kudus, tetapi kemauan dan cinta. Kemudian Saudara Giles dipenuhi dengan kebahagiaan, memandang kepada saudaranya dan menyanyikan nyanyian indah untuk perempuan tua yang kecil dan miskin, yang telah dipimpin oleh cinta dan kehendak ilahi. Semoga kita mengikuti teladan yang indah dari perempuan yang tidak dikenal itu.

Mari kita mengangkat mata kita ke gunung suci. Kesunyian di gunung Alverna tidak ada lagi. Alverna telah didiami oleh orang-orang sejak tujuh abad yang silam. Meskipun demikian, adalah suatu mukjizat bahwa semangat keheningan tetap terpelihara di sana. Bersama St. Fransiskus, orang “gila” suci yang mempunyai kemauan baja dan logika buruk, banyak sekali orang kudus yang berasal dari setiap kondisi hidup, dari setiap ras, dari segala jaman telah naik. Mereka itu adalah: St. Klara dari Asisi, Bonaventura, Antonius dari Padua, Louis dari Tololouse, Raja Louis IX dari Francis, Elisabeth dari Hungaria, Matius dari Agrigento, Veronika Giuliani, Pascal Baylon, Leonardus dari Porto Maurizio, Eva Lavalliere, Matt Talbot, serta masih banyak, banyak lagi yang lainnya. Sungguh suatu harmoni surgawi! Mereka semua sangat berbeda, meskipun begitu, mereka bersama-sama menyanyikan pujian kepada Allah dalam keselarasan yang sempurna.

Pendakian ke Gunung Alverna ini diikuti oleh himpunan besar laki-laki dan perempuan lainnya dalam segala jaman. Kita juga dipanggil untuk naik ke gunung kekudusan kita. Mari kita jujur terhadap diri sendiri! Kalau kita tidak mendaki gunung Alverna, mungkin sekali kita hidup dalam kemalasan, tidak berbuat apa-apa, suam-suam kuku, bahkan barangkali hidup dalam dosa berat.

Mari kita memutuskan untuk mulai sekarang. Semoga Ratu Para Malikat, St. Fransikus dan seluruh semua orang kudus serafik kita memohonkan kepada Tuhan suatu kemauan yang kuat dan bertahan untuk kita. Ingatlah bahwa suatu panggilan tidak layu dan mati tanpa membawa konsekwensi yang buruk bagi manusia. Karena itu, kita harus mulai pendakian kita sekarang juga.

( Diterjemahkan oleh Sr. Paula OSCCap dkk.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar